Berkali-kali kau menuduh ku tak punyai hati lagi. Kau meneriakkannya tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku sakit dengan ucapan mu, namun aku hanya diam. Tak ingin memohon apa-apa dari mu.
Andai kau tahu. Tentu saja aku masih punya hati. Warnanya merah. Pekat. Masih sepekat dulu, saat kita mewarnainya bersama.
Sayangnya hati itu tak sehangat dulu lagi. Ia telah membeku. Mati rasa. Dan jangan salahkan aku dengan kebekuan itu. Aku tidak bersalah. Kau juga. Tidak ada yang bersalah di sini.